MAJLIS TAQORRUF ILALLAH 06 Desember 2018
Iman ada 2 macam, iman syariat dan iman hakikat
Iman syariat (derajat/dunia) adalah di alqur’an yang berbunyi
Yaa Ayyuhalladina Amanu….
Iman hakikat (fasilitas/akhirat) adalah kelas orang yang
bertaqwa
Dalam beribadah kita dianjurkan jangan didasari dengan
iman syariat tetapi dasarilah dengan iman hakikat (ini masalah hati) “tutur Gus Agus Zainul Arif - Jatikerto”,
diibaratkan seperti anak sekolah diberi pelajaran tentang rukun iman apakah sudah iman, jawab beliau “sudah
termasuk iman”, tetapi masih dalam kategori iman syariat. Kalau iman Hakikat
itu sudah kelasnya orang-orang yang bertaqwa.
Mengapa para Nabi diberi mu’jizat oleh Allah, mu’jizah
dipergunakan untuk mengetuk agar menjadi manusia yang kategori iman hakikat.
Contoh kecil pada masa zaman nabi Musa ditantang oleh
raja Firaun adu kekuatan, kala itu nabi Musa masih belum memiliki umat
(pengikut) satupun.
Raja Firaun mengumpulkan para ahli nujum (sihir) yang termashur
(terkenal) yang berjumlah ribuan bahkan jutaan dan berkumpul di lapangan yang
luas untuk mengeroyok nabi Musa, saat itu nabi Musa dan Harun (anaknya) di tengah-tengah
kerumunan ahli nujumnya Firaun.
“ayo Musa sekarang tanding dengan aku, sekarang
disaksikan oleh ahli sihirku yang sekian banyak, seberapa besar ilmu sihirmu
Musa, ayo keluarkan kekuatanmu” kata Firaun
Nabi Musa tetap diam dan tenang
“halah…….. tidak berani kamu Musa, kamu sudah ada di
tengah-tengah, sudah tidak ada jalan keluar buatmu, jika kamu tidak mau duluan
maka aku yang duluan” kata Firaun
Akhirnya, semua ahli nujumnya Firaun melemparkan seutas
tali kearah nabi Musa, dan berubahlah tali tersebut menjadi jutaan ular.
Nabi Musa tetap tenang dan Harun yang agak gugup dengan
melihat banyaknya ular
Firaun memerintahkan ular-ular itu untuk menggerogoti
kulit dan dagingnya nabi Musa dan Harun.
Setelah ular-ular kecil tersebut menuju nabi Musa, kemudian
Allah memerintahkan malaikat Jibril
“Bril……”
“ada perintah apa gusti….” Jawab Jibril
“turunlah, perintahkan Musa untuk melemparkan
tongkatnya ke lapangan”
Begitu tongkatnya nabi Musa dilemparkan ke lapangan, maka
berubahlah menjadi se ekor ular raksasa yang sangat besar, maka jutaan ular
kecil dari ahli nujumnya Firaun dimakan habis oleh ular raksasanya nabi Musa,
setelah ular raksasa memakan habis ular-ular kecil itu, kemudian nabi Musa
mengambil ular raksasa itu dan berubahlah ular raksasa itu menjadi tongkat
kembali.
Apa yang terjadi setelah itu, berkatalah para ahli nujum AAMANNAA
BI ROBBI MUSA…. “sekarang kami beriman kepada Tuhannya Musa”
Contoh di atas adalah ilustrasi tentang Iman Hakikat, keimanan
yang terketuk melalui mata langsung dan disimpan
dalam hati bukan di dalam otak.
Ibadah kita, biasanya masih bersifat otak bukan hati, otak
tidak bisa sambung ke Allah, tetapi yang bisa sambung ke Allah adalah hati. Maka
dari itu perlunya kita iman hakikat (hati) yaitu agar ibadah kita bisa sambung langsung
kepada Allah. Mengapa demikian, karena kebanyakan orang ibadah yang didasarkan
oleh otak maka hasilnya kurang Lillahi Ta’ala (ikhlas).
Kesimpulannya adalah ;
Ø banyak orang pintar, tetapi tidak mengerti
Ø orang jawa mengatakan “tuwas weroh tapi enggak ngelakoni”
mp3 bisa didownload DISINI
Written by baseman
https://adhwaputritunggal.blogspot.com/2019/06/ngeling-ngeling.html?m=1
BalasHapus