Rabu, 18 Desember 2019
Bela ISLAM Tanpa Ilmu Pengetahuan? “ Omong Kosong ”
Bogor, 14-12-2019
Tak sedikit umat ISLAM mengklaim dirinya tengah berjuang membela AGAMA-nya. Perjuangan yang dilakukan haruslah dg bekal pengetahuan yang melimpah. Tanpanya, hanyalah nol besar.
"Omong kosong kalau membela Islam tanpa ilmu, skil, tekonologi dan memajukan ilmu pengetahuan," tegas Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlotul Ulama' (PBNU) KH Said Aqil Siroj saat memberikan Orasi Ilmiah pada Wisuda Diploma, Sarjana, dan Magister Universitas Nahdlotul Ulama' INDONESIA (Unusia) di Parung, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (14/12).
Pengetahuan, menurutnya, menjadi satu-satunya jalan untuk memperkuat AGAMA. "Kalau ingin memperkuat ISLAM, pertama dan terakhir harus berdasarkan intelektual pemahaman yg benar," katanya.
Tidak mungkin mampu membela ISLAM, jelasnya, tanpa pengetahuan yang benar. Bahkan, justru akan berdampak lebih berbahaya jika mengaku membela tetapi tidak mengetahui caranya.
Kiai Said memberikan contoh intelektual Muslim, seperti Imam Hasan Bashri, Imam Abu Hanifah, Imam Malik, hingga Imam Syafii.
"Merekalah orang yang berjasa besar membangun kebesaran agama ISLAM," terang guru besar ilmu tasawuf itu, "ISLAM tidak akan kuat tanpa dibela dg keilmuan," imbuhnya.
Lebih lanjut, Kiai Said juga menegaskan bahwa hal tersebut sejalan dengan apa yang telah dilakukan oleh WALISONGO dalam menyampaikan dakwahnya di Bumi NU-santara. Dg bekal pengetahuannya, mereka mengharmoniskan AGAMA dan budaya.
Itulah ISLAM NU-santara yang dimaksud olehnya. AGAMA sebagai nilai universal yang datang dari ALLŌH, sedang budaya hasil kreativitas kecerdasan MANUSIA menyatu dalam satu bentuk melahirkan energi positif.
"Ketika agama dan budaya harmonis melahirkan MANUSIA bertaQwa. Budaya harmonis dg AGAMA melahirkan manusia beriman," katanya. Sebab, menurutnya, AGAMA tanpa budaya jumud, sedangkan budaya tanpa agama menjadi liberal, gersang, dan tidak bermanfa'at.
"Oleh karena itu harus menyatu, satu langkah, satu suara," tegasnya. AGAMA dan budaya itulah dua amanah yang harus dijaga oleh MANUSIA karena sudah mengaku sanggup menerimanya ketika LANGIT, BUMI, GUNUNG, dan alam semesta enggan mengembannya.
"Dua amanah ini satu tarikan napas, satu sikap, satu tindakan, satu ucapan. Harus harmonis antara satu dan yang lain. Maka akan melahirkan MANUSIA yang sempurna, insan kamil yang beragama dan berbudaya beriman dan cerdas kreatif inovatif bertakwa kepada ALLŌH," ujar Pengasuh Pesantren Al-Tsaqofah Ciganjur, Jakarta Selatan ini.
Menurut-nya, amanah tersebut merupakan hal paling berat yang menjadi tanggung jawab MANUSIA.
"Ini risalah yang paling berat untuk NU yang harus kita selalu emban yang tidak boleh bergeser dari sikap ini," pungkas kyai said.
Taken from Hubbulwathonminaliman
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar