Kamis, 25 Juli 2019
Wahabi dan Asal Muasalnya
Wahabiyyah atau Wahabisme itu dinisbahkan kepada Muhammad bin Abdul Wahhab bin Sulaiman al-Najdi, lahir tahun 1111 H, mati tahun 1206 H. Muhammad bin Abdul Wahhab ini belajar sedikit tentang agama, tapi sangat gandrung kepada kabar-kabar orang-orang yang mengaku sebagai nabi seperti Musailamah al-Kadzdzab, Sajjaj al-Aswad, dan Thulaihah al-Asadi. Maka di hari-hari pembelajarannya itu telah terlihat kelakuan menyimpang, dimana bapaknya sendiri mengingatkan kelakuannya itu, tak ketinggalan teman-teman dan banyak orang lainnya (al-Amily, Kasyful Irtiyab).
Grand Mufti Kerajaan Saudi Arabia yang fatwanya menjadi salah satu rujukan utama Ustadz Salafi Wahabi di Indonesia, Syaikh bin Baz berkata:
الوهابية منسوبة إلى السيخ الإمام محمد بن عبدالوهاب رحمه اللّٰه المتوفى سنة ١٢٠٦ هـ ، وهو الذي قام بالدعوة إلى اللّٰه سبحانه في نجد
“Al-Wahhabiyah adalah penisbatan kepada Syaikh Al-Imam Muhammad bin Abdul Wahhab (wafat 1206 H), Beliau adalah orang yang berupaya mengajak kepada jalan Allah Ta’ala di Najd.”
(Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, juz 9 hlm. 230)
ﺃﻥ ﺍﻟﻮﻫﺎﺑﻴﻴﻦ ﻭﻫﻢ ﺃﺗﺒﺎﻉ ﺍﻟﺸﻴﺦ ﻣﺤﻤﺪ اﺑﻦ ﻋﺒﺪﺍﻟﻮﻫﺎﺏ ﺭﺣﻤﻪ اللّٰه ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻧﺎﺻﺮﻭﺍ ﺩﻋﻮﺗﻪ ﻭﺳﺎﺭﻭﺍ ﻋﻠﻴﻬﺎ
"Bahwa golongan Wahhabi adalah mereka pengikut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah. Yaitu golongan orang yang memperjuangkan dakwahnya dan berjalan di atasnya."
(Majmu' Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah, juz 9 hlm. 232)
Pada tahun 1143, Muhammad bin Abdul Wahhab telah mengumumkan madzhab barunya. Kelakuannya ini ditentang oleh orang-tua dan guru-gurunya. Mereka menyalahkan semua qaul-qaul Muhammad bin Abdul Wahhab, hingga sampai meninggal orang-tuanya tahun 1153. Dan tidaklah mengikuti madzhab Muhammad bin Abdul Wahhab ini kecuali orang-orang rendah berkelakuan buruk, hingga masyarakat ingin sekali membunuh Muhammad bin Abdul Wahhab ini. Muhammad bin Abdul Wahhab lalu melarikan diri ke kota terpencil bernama Uyainah. Di Uyainah mendapatkan perlakuan yang sama dari para penduduk, lalu bin Abdul Wahhab pindah ke Dar’iyyah, sebelah timur-nya Riyadh. Kota Dar’iyyah ini adalah tempatnya Musailamah al-Kadzdzab dahulu. Wilayah ini dihuni oleh pendiri dinasti Saud yang saat ini berkuasa di Saudi Arabia, yaitu Muhammad Ibn Saud (w. 1179 H/1766 M). Di tempat Musailamah al-Kadzdzab inilah penyimpangan Islam ala Ibn Abdil Wahhab ini diterima dan diikuti oleh pemimpinnya, Muhamamd bin Sa’ud. Di daerah inilah Muhammad bin Abdul Wahhab ditetapkan menjadi Mujtahid Muthlaq. Anda bisa bayangkan, kedudukan mujtahid muthlaq ditetapkan oleh seorang penguasa. Hehehe.
Seperti halnya bapaknya, saudaranya Muhammad bin Abdul Wahhab sendiri, yaitu Sulaiman bin Abdil Wahhab, menyayangkan kekacauan yang ditimbulkan oleh saudaranya itu. Dia menulis kitab yang berjudul al-Shawaiq al-Ilahiyyah Fi al-Radd ‘Ala al-Wahabiyyah. Dalam kitabnya itu pada hal. 4 dia menulis:
اليوم ابتلى الناس بمن ينتسب الى الكتاب والسنة ويستنبط من علومهما ولا يبالي من خالفه واذا طلبت منه ان يعرض كلامه على اهل العلم لم يفعل بل يوجب على الناس الاخذ بقوله ويمفهومه ومن خالفه فهو عنده كافر هذا وهو لم يكن فيه خصلة واحدة من خصال اهل الاجتهاد ولا والله عشر واحدة ومع هذا فراج كلامه على كثير من الجهال فانا لله وانا اليه راجعون
“Hari ini manusia telah diuji dengan orang yang menisbahkan dirinya kepada al-Quran dan Sunnah, dan beristimbath dengan ilmunya. Dia menuduh, siapa saja yang mengingkarinya, maka dia telah kafir. Padahal, dia tidak memiliki bagian sedikit pun sehingga dia bisa dikatakan sebagai mujtahid. Demi Allah, tidak ada ilmu baginya untuk dikatakan sebagai mujtahid, tidak sepuluh tidak juga satu. Dengan keadaannya ini, perkataannya diterima oleh orang-orang bodoh. Inna lillahi wa inna ilaihi raajiun.”
Pokok Pikiran Wahabi
Firqah wahabi ini memiliki pokok pikiran yang dinyatakan terang-terangan dan yang disembunyikan. Pokok pikiran yang dinyatakan adalah pemurnian tauhid kepada Allah SWT, memerangi kemusyrikan dan berhala-berhala. Tapi, pokok pemikiran ini bukanlah yang sebenarnya. Ada yang disembunyikan dari pokok ini, yaitu memecahbelah kaum muslimin dan menimbulkan fitnah dan perang diantara mereka, serta mengabdi kepada para kolonialis Barat. Inilah pokok perjuangan Wahabiyyah dari saat berdirinya hingga sekarang. Pokok tersembunyi ini ditutupi oleh pokok pikiran yang baik, sehingga bagi orang awam, Wahabiyyah adalah kebaikan.
Dengan judul memurnikan tauhid dan memerangi kemusyrikan, syiar ini akan menarik para pengikutnya dengan penuh semangat untuk memperjuangkannya. Padahal mereka sedang dimanfaatkan untuk mewujudkan tujuan yang tersembunyi. Lihat saja ulasan Khairi Hammad dalam A’midah al-Isti’mar, juga Tarikh Najd oleh Syaikh Abdullah Philby, juga kitab al-Wahabiyyah Naqd wa Tahlil oleh Dr. Humayun Hamti, juga buku Kudeta Mekkah oleh Yaroslav Trofimov.
Wahabiyyah membagi akidahnya menjadi dua bagian: Pertama, jika ada dalam nash, maka mereka mengklaim bahwa mereka bisa langsung mengambilnya dari kitab dan sunnah tanpa perantara siapa pun, baik Sahabat, mujtahid, atau siapa pun.
Kedua, jika tidak ada dalam nash, maka mereka mengklaim akan merujuk kepada fiqih-nya Imam Ahmad bin Hanbal dan Ibnu Taimiyyah. Padahal, pada saat yang sama, mereka mengingkari dua hal secara bersama-sama.
Pertama, mereka berpendirian dapat mengambil hukum dari nash-nash al-Quran langsung, sehingga dengan demikian mereka meneyelisihi Ushul dan Ijma’. Pada posisi ini, Syaikh Muhammad Abduh mengomentari: Mereka berpandangan bahwa mereka wajib mengambil langsung dari nash al-Quran sesuai pemahaman mereka, tanpa merujuk kepada ushuluddin (Muhammad Abduh, al-Islam wa al-Nashraniyyah).
Kedua, mereka menyelisihi Imam Ahmad dalam hal mengafirkan siapa pun yang berbeda dengan mereka. Padahal tidak akan Anda dapatkan dalam fatwa-fatwa Imam Ahmad mengafirkan sesama muslim ini. Sebaliknya, fatwa-fatwa dan ajaran Imam Ahmad bertentangan dengan apa yang Wahabiyyah klaim. Imam Ahmad melarang mengafirkan ahlul qiblah bahkan karena dosa besar, kecuali meninggalkan shalat. Sedangkan dalam pandangan Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa siapa saja yang bermesraan hanya dengan yang setuju dengannya, memusuhi yang berbeda dengannya, memisahkan diri dari jamaah kaum muslimin, mengafirkan dan menfasikkan orang yang berbeda dengannya dalam masalh pendapat dan ijtihad, lalu menghalalkan darah mereka, maka mereka adalah bagian dari ahlu tafarruq dan ikhtilaf, maksudnya masuk dalam firqah yang masuk neraka menurut hadis 73 firqah. Maka, menurut Ibnu Taimiyyah sekalipun, Wahabiyyah adalah firqah yang sesat.
Wahabiyyah dalam hal ziarah kubur secara tidak langsung telah mengafirkan Imam Ahmad sendiri, bahwa Imam Ahmad adalah bagian dari kaum musyrikin. Karena kaum Wahabiyyah memusyrikkan orang-orang yang berziarah kubur, apalagi bertawassul kepada orang mati. Padahal, Ibnu Taimiyyah sendiri menulis bahwa Imam Ahmad dan orang-orang pada zamannya berbondong-bondong menziarah Masyhad Imam Husain di Karbala (lihat Ra’sal Husain oleh Ibnu Taimiyyah, dan Isytisyhad al-Husain oleh al-Thabari). Dengan demikian, Imam Ahmad dan orang-orang yang hidup pada zaman itu musyrik semua menurut Wahabiyyah. Sementara mereka mengaku merujuk kepada Imam Ahmad. Betapa bodohnya orang-orang yang gampang dibodohi oleh Wahabiyyah ini.
Wahabiyyah juga memusyrikkan orang-orang yang mencari syafaat kepada Nabi SAW setelah wafat beliau (lihat That-hiru al-I’tiqad oleh al-Shan’ani). Padahal para sahabat dan tabi’in (kaum salaf yang diklaim sebagai manhaj mereka), seperti yang diriwayatkan oleh al-Baihaqi, al-Thabrani, Ibnu Abiddunya, dan Ahmad bin Hanbal, justru melakukannya. Ini juga diakui oleh Ibnu Taimiyyah dalam kitan al-Ziarah juz 7. Jadi, menurut Wahabi, kaum salafussalih yang menjadi manhaj mereka pun musyrik semua.
Dari tulisan singkat ini, maka Anda telah mengetahui betapa naifnya orang-orang Wahabi dengan Wahabiyyah-nya. Mereka pinter melakukan apa yang dinyatakan oleh Imam Ali sebagai “kalimatu haqqin uriida bihaa baathil—Kalimat kebenaran dimaksudkan untuk kebathilan”. Untuk mengenali ini, orang awam harus bertanya dan banyak bertanya kepada para ulama. Sedangkan orang yang merasa mengerti, harus banyak-banyak membaca lagi mengenai fiqih kaum wahabi ini. Ada lebih banyak pertentangan daripada apa apa yang barusaja saya tuliskan ini.
Terimakasih.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar