Senin, 26 Agustus 2019

NU CARE_Tasaruf Kematian ibu MASTUTIK SALEH


Jum'at, 23 Agsutus 2019
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun…..

PAGEDANGAN - Sekitar pukul 19:00 (ba'da Isya') Ibu Mastutik Saleh dukuh Krajan Rt.13/06 desa Pagedangan Kec. Turen Kab. Malang telah kembali ke Rahmatulloh pada hari Jum'at tanggal 23 Agustus 2019 yang di makamkan di makam muslim Jl. Kramat II dusun Krajan desa Pagedangan.

Jenazah dimandikan, dan dikafani di rumah anak dari salah satu almarhum yang berada di Jl. Mayor Damar Rt. 13/06 Pagedangan dan dilanjutkan dengan proses menyolati jenazah yang dilakukan di rumah duka dengan imam sholat jenazah bpk. Luthfi Zakaria selaku Mudin desa Pagedangan.

Pentasarufan hasil dari kotak KOIN NU berupa 1 (satu) paket yang terdiri dari air mineral, gula, & minyak goreng yang senilai Rp.150.000 (seratus lima puluh ribu rupiah) oleh NU ranting Pagedangan kepada bapak Muhammad Khoirul Umam (cucu almarhum) yang dilaksanakan setelah kegiatan penthong koin di rumah bapak Sar'in yang bertepatan pada malam ke tiga setelah kematian ibu Mastutik Saleh.
"Semoga almarhum diterima disisi-NYA, diterima semua amal baiknya dan diampuni segala dosa-dosanya dan keluarga yang ditinggalkan selalu diberi keasabaran, ketabahan, & kekompakan.

Minggu, 25 Agustus 2019

Bedah Buku FIKIH KEBANGSAAN dan Ketahanan Digital oleh MWC Turen 2019



Pada hari ini, Ahad 25 Agustus 2019 diselenggarakan kegiatan Bedah Buku Fiqih Kebangsaan dan Ketahanan Digital yang diprakarsai oleh MWC NU Turen. Kegiatan yang dilaksanakan di Gedung Serba Guna KBIH Al-Azhar ini orang yang berasal dari perwakilan ranting NU dan lembaga di wilayah Kecamatan Turen. Acara dibuka dengan pembacaan surat Al-fatihah, menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu Syubbaanul Wathan, sambutan dari Camat Turen, MWC NU dan PAC NU Kabupaten Malang. Dalam sambutannya, Gus Syafaat selaku Ketua Tanfidziyyah MWC NU Turen menyampaikan pentingnya kegiatan ini dilakukan. Menurut beliau, kegiatan ini sebagai upaya untuk menyebarluaskan pemahaman mu’ahadah wathaniyyah dan meneguhkan kembali wawasan kebangsaan kita sebagai umat Islam dan bagian dari rakyat Indonesia. Selanjutnya, perwakilan PAC NU Kabupaten Malang mengapresiasi acara ini dan seluruh upaya yang tengah dilakukan oleh MWC NU Turen untuk berkiprah dalam kegiatan keagamaan, sosial kemasyarakatan, dan kebangsaan.Di akhir sambutannya, beliau berharap  Turen menjadi barometer provinsi bahkan nasional dalam menyelenggarakan kelembagaan NU yang profesional dan maju.

Ada dua tema sentral pada kajian kali ini.
Pertama adalah membedah atau membahas buku fiqih kebangsaan yang merupakan kompilasi dari hasil bahtsul masail Alumni Santri Lirboyo. Hadir sebagai pemateri pada tema ini adalah Gus Hamim yang saat ini memegang amanah sebagai Direktur Aswaja Center PCNU Kabupaten Malang. Gus Hamim menyampaikan beberapa poin penting yang termaktub dalam buku Fiqih Kebangsaan Merajut Kebersamaan di Tengah Kebhinnekaan. Poin penting itu di antaranya mengapa kita sebagai umat Islam harus menjaga persatuan dan kesatuan, mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bahkan NKRI Harga Mati menjadi jargon yang sudah membekas dalam sanubari warga nahdliyyin secara umum. Poin selanjutnya kewajiban bagi kita selaku umat Islam untuk menghormati, mentaati pemerintahan yang sah walaupun pemerintah itu orang fasik sekalipun. Upaya-upaya untuk menggulingkan pemerintahan yang sah adalah tindakan makar atau bughoh adalah tindakan yang diimani oleh para ulama NU sebagai upaya haram yang wajib ditinggalkan.
Kedua diskusi kali ini mengetengahkan topik tentang Ketahanan Digital. Hadir sebagai narasumber adalah Mas Zulham dari LTNU. Pria profesional yang sehari-hari bekerja dalam dunia siber ini berhasil menghipnotis para peserta untuk tidak beranjak dari tempat duduk masing-masing lantaran beliau berhasil menyampaikan materi dengan santai, menarik, dan tetap lugas. Joke-joke segar tak jarang berhasil ia bawakan sehingga menambah motivasi hadirin untuk menyimaknya. Esensi yang disampaikan Mas Zulham adalah mengapa kita sebagai umat Islam harus melek digital. Menurutnya, kondisi saat ini dunia maya dipenuhi oleh konten konten yang tidak sejalan dengan ajaran Islam ahlussunnah waljama’ah. Sebaliknya, konten lain dari golongan ‘minhum’ yang pada saat ini kerap kali memenuhi laman internet. Ilustrasinya jika kita melakukan penelusuran kajian sholat di mesin pencarian Google misalnya, maka yang sering kita dapati adalah kajian-kajian atau ulasan-ulasan ‘minhum’ yang tentunya belum jelas sanad keilmuannya. Tentunya hal ini adalah hal yang mengkhawatirkan bagi pemahaman generasi saat ini dan masa yang akan datang. 

Tulisan-tulisan dari golongan minhum seringkali muncul di posisi atas yang mengindikasikan laman tersebut sering diakses dan jadi jujukan serta rujukan utama bagi kebanyakan orang termasuk warga nahdliyyin. Kondisi ini terjadi karena kita selama ini belum melek digital, belum memaksimalkan teknologi (internet) untuk aktivitas dakwah kita. Masih jarang kalangan nahdliyyin yang mau menulis dan mengunggah di laman resmi. Masih jarang pula video ngaji ulama-ulama nahdliyyin diunggah di laman youtube atau laman lainnya. Karena itu melek digital adalah sebuah keniscayaan. Sala satu yang bias kita upayakan adalah dengamn aktif mengisi konten di dunia maya dengan kajian keislaman yang sejalan dengan ajaran islam Ahlussunnah waljama’ah, sehingga generasi kita saat ini akan semakin mudah mendapatkan kajian-kajian keislaman dari sumber yang jelas dan kredibel, yang tentunya bersumber pada ulama dan kitab Ahlussunnah waljama’ah.

Written Muhammad Islahul Mukmin

NU_Care - Bantuan Tunai kecelakaan Tunggal Khamim Thohari


PAGEDANGAN - Pemberian bantuan uang tunai kepada keluarga saudara Khamim Thohari warga Jalan Sari RT.20/07 Krajan yang mengalami  kecelakan tunggal sepeda motor di kelurahan Sedayu pada hari Minggu, 18 Aguatus 2019.

Bantuan diberikan langsung tunai yang diterima secara simbolis oleh ketua RT setempat pada hari Jum'at, 23 Agustus 2019 pukul 14.05 WIB sebesar Rp.500.000,00.

Bantuan uang  tunai tersebut bersumber dari uang KOIN NU (kotak koin) warga dukuh Krajan desa Pagedangan RT.01 s.d 28 yang telah terkumpul.

Written baseman.

Selasa, 20 Agustus 2019

Tenggelamnya Resolusi Juhad Dalam Sejarah Nusantara

*Membongkar Fakta Sejarah Hari Pahlawan 10 November dan Resolusi Jihad 22 Oktober yang Disembunyikan*

Banyak orang yang tidak paham fakta adanya fatwa resolusi jihad 22 Oktober 1945 karena tidak ditulis dalam buku sejarah di sekolah. Ada apa sebenarnya?

Sejarah pertempuran 10 November, awalnya tidak ada yang mau mengakui fatwa & resolusi jihad itu pernah ada. Tulisanya Prof. Ruslan Abdul Gani, yang ikut terlibat, resolusi jihad disebut tidak pernah ada.

Bung tomo yang pidato teriak-teriak, dalam bukunya juga tidak pernah menyebutkan bahwa fatwa & resolusi jihad pernah ada. Laporan tulisan mayor Jendral Sungkono juga tidak menyebut pernah ada fatwa & resolusi jihad.

Karena itu banyak orang menganggap fatwa & resolusi jihad itu hanya dongeng dan ceritanya orang NU saja. “Di antara elemen bangsa Indonesia yang tidak memiliki peran dan andil dalam usaha kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan bangsa Indonesia itu hanya golongan pesantren hususnya NU”.

Itu kesimpulan seminar nasional di perguruan tinggi negeri besar di Jakarta tentang perjuangan menegakkan Negara Republik Indonesia pada tahun 2014. Bahkan dengan sinis salah seorang menyatakan, “Organisasi PKI, itu saja pernah berjasa. Karena pernah melakukan pemberontakan tahun 1926 melawan Belanda. NU tidak pernah”. Aneh.

Pandangan ini juga pernah dianut oleh tokoh-tokoh LIPI. Gus Dur juga mengkonfirmasi kalau sejarah ulama dan Kyai memang sudah lama ingin dilenyapkan. Tahun 1990 ada peringatan 45 tahun pertempuran 10 November. Yang jadi pahlawan besar dalam pertempuran 10 November diumumkan dari golongan itu.

Yakni orang terpelajar yang berpendidikan tinggi. Nama-nama mereka muncul tersebar di televisi, koran, dan majalah. “Itu ceritanya, 10 November yang berjasa itu harusnya Kyai Hasyim Asy'ari dan poro Kyai. Kok bisa yang jadi pahlawan itu wong-wong sosialis?”. Itu komentar Nyai Sholihah, ibu Gus Dur.

Dari situlah Gus Dur diminta untuk klarifikasi. Lalu Gus Dur klarifikasi, menemui tokoh-tokoh tua & senior di kalangan kelompok sosialis, mengenai 10 November. Sambil ketawa-ketawa mereka menjawab, “Yang namanya sejarah dari dulu kan selalu berulang, Gus. Bahwa sejarah sudah mencatat, orang bodoh itu makanannya orang pintar”.

“Yang berjasa orang bodoh, tapi yang jadi pahlawan wong pinter. Itu biasa, Gus”, katanya kepada Gus Dur. Gus dur marah betul dibegitukan. Sampai tahun 90-an NU masih dinganggap bodoh mereka. Tahun 91, Gus Dur melakukan kaderisasi besar-besaran anak muda NU.

Anak-anak santri dilatih mengenal analisis sosial (ansos) dan teori sosial, filsafat, sejarah, geopolitik, & geostrategi. Semua diajari. Supaya tidak lagi dianggap bodoh. Dan kemudian berkembang hingga kini. “Saya termasuk yang ikut pertama kali kaderisasi itu. karena itu agak faham”, kata KH. Agus Sunyoto.

Saat penulis sejarah Indonesia menyatakan fatwa dan resolusi jihad tidak ada, KH. Agus Sunyoto menemukan tulisan sejarawan Amerika, Frederik Anderson. Dalam tulisanya tentang penjajahan jepang di Indonesia thn 42 sampai 45, ia menulis begini:

22 Oktober 1945 pernah ada resolusi jihad yg dikeluarkan oleh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama di Surabaya. Tanggal 27 Oktober, Koran Kedaulatan Rakyat juga memuat lengkap resolusi jihad. Koran Suara Masyarakat di Jakarta, juga memuat resolusi jihad.

Peristiwa ini ada, sekalipun wong Indonesia tidak mau menulisnya, karena menganggap NU yang mengeluarkan fatwa sebagai golongan lapisan bawah. Sejarah dikebiri. Dokumen-dokumen lama yang sebagian besar berbahasa Belanda, Inggris, Perancis, Jepang, dan sebagainya, dibongkar.

Patahlah semua anutan doktor sejarah yang menyatakan NU tidak punya peran apa-apa terhadap kemerdekaan.

Ketika Indonesia pertama kali merdeka 45, kita gak punya tentara.  Baru dua bulan kemudian ada tentara. Agustus, September, lalu pada 5 Oktober dibentuk tentara keamanan rakyat (TKR). Tanggal 10 Oktober diumumkanlah jumlah tentara TKR di Jawa saja. Ternyata, TKR di Jawa ada 10 divisi. 1 divisi isinya 10.000 prajurit.
Terdiri atas 3 resimen dan 15 batalyon.

Artinya TKR jumlahnya ada 100.000 pasukan. Itu TKR pertama. Yang nanti menjadi TNI. Dan komandan divisi pertama TKR itu bernama Kolonel KH. Sam’un, pengasuh pesantren di Banten. Komandan divisi ketiga masih Kyai, yakni kolonel KH. Arwiji Kartawinata (Tasikmalaya). Sampai tingkat resimen Kyai juga yang memimpin.

Fakta, resimen 17 dipimpin oleh Letnan Kolonel KH. Iskandar Idris. Resimen 8 dipimpin Letnan Kolonel KH. Yunus Anis. Di batalyon pun banyak komandan Kyai. Komandan batalyon TKR Malang misalnya, dipimpin Mayor KH. Iskandar
Sulaiman yang saat itu menjabat Rais Suriyah NU Kabupaten Malang. Ini dokumen arsip nasional, ada Sekretariat Negara dan TNI.

Tapi semua data itu tidak ada di buku bacaan anak SD/SMP/SMA. Seolah tidak ada peran Kyai. KH. Hasyim Asy'ari yang ditetapkan pahlawan oleh Bung Karno pun tidak ditulis. Jadi jasa para Kyai dan santri memang dulu disingkirkan betul dari sejarah berdirinya Republik Indonesia ini.

Waktu itu, Indonesia baru berdiri. Tidak ada duit untuk bayar tentara. Hanya paro Kyai dengan santri-santri yang menjadi tentara dan mau berjuang sebagai militer tanpa bayaran. Hanya paro Kyai, dengan tentara-tentara Hizbulloh yang mau korban nyawa tanpa dibayar. Sampai sekarang pun, NU masih punya tentara swasta namanya Banser, ya gak dibayar. Wkwkwk

Tentara itu baru menerima bayaran pada tahun 1950. Selama 45 sampai perjuangan di tahun 50-an itu, tidak ada tentara yang dibayar negara. Kalau mau mikir, 10 November Surabaya adalah peristiwa paling aneh dalam sejarah. Kenapa? Kok bisa ada pertempuran besar yg terjadi setelah perang dunia selesai 15 Agustus.

Sebelum pertempuran 10 November, ternyata ada perang 4 hari di Surabaya. Tanggal 26, 27, 28, 29 oktober 1945. Kok ‘ujug-ujug’ muncul perang 4 hari di ceritanya gimana? Jawabnya: Karena sebelum tanggal 26 Oktober, Surabaya bergolak,
setelah ada fatwa resolusi jihad PBNU pada tanggal 22 Oktober. Kini diperingati sbg Hari Santri.

Tentara Inggris sendiri aslinya tidak pernah berfikir akan perang dan bertempur dg penduduk Surabaya. Perang selesai kok. Begitu pikirnya. Tapi karena masarakat Surabaya terpengaruh fatwa dan resolusi jihad, mereka siap nyerang Inggris, yang waktu itu mendarat di Surabaya. Sejarah inilah yang selama ini ditutupi.

Jika resolusi jihad ditutupi, orang yang membaca sekilas peristiwa 10 November akan menyebut tentara Inggris ‘ora waras’. Ngapain Ngebomi kota Surabaya tanpa sebab? Tapi kalau melihat rangkaian ini dari resolusi jihad, baru masuk akal. “Oya, marah mereka karena jenderal dan pasukannya dibunuh arek-arek Bonek Suroboyo”.

Fatwa Jihad muncul krn Presiden Soekarno meminta fatwa kepada
PBNU: apa yg harus dilakukan warga Negara Indonesia kalau diserang musuh mengingat Belanda ingin kembali menguasai. Bung Karno juga menyatakan bagaimana cara agar Negara Indonesia diakui dunia. Sejak diproklamasikan 17 Agustus dan dibentuk 18 Agustus, tidak ada satupun negara di dunia yang mau mengakui.

Oleh dunia, Indonesia diberitakan sebagai Negara boneka bikinan Jepang. Bukan atas kehendak rakyat. Artinya, Indonesia disebut sebagai negara yang tidak dibela rakyat. Fatwa dan Resolusi Jihad lalu dimunculkan oleh PBNU. Gara-gara itu, Inggris yang mau datang 25 Oktober tidak diperbolehkan masuk Surabaya karena penduduk Surabaya sudah siap perang.

Ternyata sore hari, Gubernur Jawa Timur mempersilakan. “Silahkan Inggris masuk tapi di tempat yang secukupnya saja”. Ditunjukkanlah beberapa lokasi, kemudian mereka masuk. Tanggal 26 Oktober, ternyata Inggris malah membangun banyak pos-pos pertahanan dengan karung-karung pasir yang ditumpuk & diisi senapan mesin.

“Lho, ini apa maunya Inggris. Kan sudah tersiar kabar luas kalau
Belanda akan kembali menguasai Indonesia dengan membonceng tentara Inggris”, begitu kata arek-arek. Pada 26 Oktober sore hari, pos pertahanan itu diserang massa. Penduduk Surabaya dari kampung-kampung keluar ‘nawur’ pasukan inggris. “Ayo ‘tawur..tawuran..’!”.

Para pelaku mengatakan, itu bukan perang mas, tp tawuran. Kenapa? Gak ada komandanya, gak ada yg memimpin. “Pokoke wong krungu jihad..
jihad… Mbah hasyim.. Mbah hasyim…”. Berduyun-duyun, arek2 Suroboyo sudah, keluar rumah semua dan
langsung tawur sambil teriak ‘Allahu Akbar’ dan itu berlangsung 27 Oktober.

Mereka bergerak karena seruan jihad Mbah Hasyim itu disiarkan lewat
langgar-langgar, masjid-masjid, dan spiker-spiker. Pada 28 Oktober, tentara ikut arus arek2, ikut gelut dengan Inggris. Massa langsung dipimpin tentara. Dalam pertempuran 28 Oktober ini, 1000 lebih tentara Inggris mati dibunuh.

Tapi tentara tidak mau mengakui, karena Indonesia meski sudah merdeka, belum ada yang mengakui. Itu jadi urusan besar tingkat dunia jika ada kabar tentara Indonesia bunuh Inggris. Tentara tidak mau ikut campur. Negara belum ada yang mengakui kok sudah klaim bunuh tentara Inggris. Itu semua ikhtiyar arek-arek Suroboyo kabeh.

Pada 29 Oktober pertempuran itu masih terus terjadi. Inggris akhirnya mendatangkan presiden Soekarno dan wakil presiden Mohammad Hatta utk mendamaikan. 35. Pada 30 Oktober ditandatanganilah kesepakatan damai tidak saling tembak-menembak. Yang tanda tangan Gubernur Jatim juga. Sudah damai, tapi massa kampung tidak mau damai.

Pada 30 Oktober, akhirnya Brigadir Jenderal Mallaby digranat arek-arek Suroboyo. Mati mengenaskan di tangan pemuda Ansor. Ditembak, mobilnya digranat di Jembatan Merah. Sejarah kematian Mallaby ini tidak diakui oleh Inggris. Ada yang menyebut Mallaby mati dibunuh secara licik oleh Indonesia. Aneh, jenderal mati tp disembunyikan sebabnya karena malu.

Inggris marah betul. Masa negara kolonial kalah. Mereka malu & bingung. Perang sudah selesai, tapi pasukan Inggris kok diserang, jenderalnya dibunuh. Apa ini maksudnya? “Kalau sampai tanggal 9 Nopember jam 6 sore pembunuh Mallaby tidak diserahkan, dan tanggal itu orang-orang surabaya masih yang memegang bedil, meriam dst. tidak menyerahkan senjata kepada tentara Inggris, maka tanggal 10 Nopember jam 6 pagi Surabaya akan dibombardir lewat darat, laut, dan udara," begitu amuk jenderal tertinggi Inggris.

Datanglah tujuh kapal perang langsung ke Pelabuhan Tanjung Perak. Meriam Inggris sudah diarahkan ke Surabaya. Diturunkan pula meriam Howidser yang khusus untuk menghancurkan bangunan. Satu skuadron pesawat tempur dan pesawat pengebom juga siap dipakai. Surabaya kala itu memang mau dibakar habis karena Inggris marah kepada pembunuh Mallaby.

Pada 9 November jam setengah empat sore, Mbah Hasyim yang baru pulang usai Konferensi Masyumi di Jogja sebagai ketua, mendengar kabar arek-arek Suroboyo diancam Inggris. “Fardhu a'in bagi semua umat Islam yang berada dalam jarak 94 kilo dari Kota Surabaya untuk membela Kota Surabaya”. 94 kilo itu- jarak dibolehkannya solat qoshor.

Wilayah Sidoarjo, Tulungagung, Trenggalek,Kediri,n wilayah Mataraman, Mojokerto, Malang, Pasuruan, Jombang datang semua karena dalam jarak radius 94 kilo. Dari Kediri, Lirboyo ini datang dipimpin Kyai Mahrus. Seruan Mbah Hasyim langsung disambut luar biasa. Bahkan Cirebon yang lebih dari 500 kilo datang- ke Surabaya ikut seruan jihad PBNU.

Anak-anak kecil bahkan orang-orang dari lintas agama juga ikut perang. Orang Konghucu, Kristen, dan Budha semua ikut jihad. Selain Mallaby, pertempuran di Surabaya Brigadir jendral: Loder Saimen. Luar biasa pengorbanan arek-arek Surabaya, para Kyai, dan santri. Tapi lihat, apa yg dilakukan pemerintah di kemudian hari kepada para Kyai ini? Dimanipulasi.

Demikian kultweet #dutaislamcom dari *KH. Agus Sunyoto* saat
menghadiri bedah buku "Fatwa dan Resolusi Jihad" di Pondok Lirboyo 3 November 2017.

Monggo bisa sebar luaskan

Senin, 19 Agustus 2019

PENCIPTA LAGU KEMERDEKAAN KHAS PESANTREN




1. Karya : KH. R. Asnawi (Kudus)
SYA'IR KEMERDEKAAN :
لَحُرَّةٌ فِي انْدُنْسِيَا * بَدَتْ لَدَى إِنْسَانِيَا
وَأَهْلُهَا مُنْفَرِحُوْ * نَ فَرَحًا أَبَدِيَا
لِنَيْلِهَا قَدْ جَاهَدُوْا * أَنْفُسَهُمْ مَا بَاقِيَا
تَحْتَ يَدَيْ كُولُونِيَالْ * يَابَانِ وَالـهُولَنْدِيَا
وَمِنْهُمُو قَدْ أُعْزِرُوْا * إِلَى دِيْكُولْ إِيْرِيَانْ جَايَا
وَمِنْهُمُو قَدْ أُدْخِلُوْا * فِي السِّجْنِ قَلْبًا مَرْضِيَا
فَإِنَّهُمْ قَدْ أَخْلَصُوا * خِدْمَتَهُمْ وَطَنِيَا
تَهْوِيْ إِلَيْهِمْ أَفْئِدَ * ةُ الشَّعْبِ عَوْنًا جَلِيَّا
لِأُمَّةٍ وَوَطَنٍ * يُقَدِّمُوْا بِلَادِيَا
جَزَاهُمُوْ إِلَـهُنَا * أَعْمَالَهُمْ مُرَبِّيَا
حُرِّيَّةَ الفِكْرِ الَّتِيْ * تَنَالُ دِيمُوْكْرَاسِيَا
عَدَالَةً خَيْرِيَّةً * عِمَارَةَ اقْتِصَادِيَا
Sungguh kemerdekaan telah jelas bagi bangsa Indonesia
Seluruh bangsa bergembira selamanya
Karena untuk mendapatkan itu dibutuhkan perjuangan total
Dibawah jajahan kolonial Jepang dan Belanda
Ada yang diasingkan di Digul Irian Jaya
Ada juga yang dipenjara dengan penuh kepedihan
Sungguh mereka benar-benar ikhlas mengkhidmahkan diri untuk negara
Jiwa kebangsaan menggerakkan mereka berjuang secara nyata
Demi bangsa dan negara
Semoga Tuhan membalas perjuangan mereka
Dengan menjaga kemerdekaan berpendapat yaitu demokrasi
Menuju kemakmuran keadilan sosial
2. Karya KH. Abdul Wahab Chasbullah :
يَا لَلْوَطَن يَا لَلْوَطَن يَا لَلْوَطَن
حُبُّ الْوَطَن مِنَ الْإِيْمَان
وَلَا تَكُنْ مِنَ الْحِرْمَان
اِنْهَضُوْا أَهْلَ الْوَطَن
إِنْدُونَيْسيَا بِيْلَادِيْ
أَنْتَ عُنْوَانُ الْفَخَامَا
كُلُّ مَنْ يَأْتِيْكَ يَوْمَا
طَامِحًا يَلْقَ حِمَامَا
“Pusaka hati wahai tanah airku
Cintamu dalam imanku
Jangan halangkan nasibmu
Bangkitlah, hai bangsaku!
Indonesia negriku
Engkau Panji Martabatku
S’yapa datang mengancammu
‘Kan binasa dibawah dulimu!”
Karya Mbah Wahab ini ada yang menyebutkan dikarang sejak 1916 (versi Cak Anam) dan digemakan sejak 1934 (versi Ubaidillah Sadewa)

Sabtu, 10 Agustus 2019

Lomba Takbir Keliling 1440 H Masjid Al Falah Pagedangan


Remaja masjid, takmir masjid dan pengurus NU Ranting Pagedangan mengadakan lomba takbir keliling dalam rangka menyongsong hari raya Idul Adha 1440 H yang bertepatan pada 10 Agustus 2019.

Takbir keliling diikut olehi 10 regu diantaranya 4 regu dari tingkat TPQ dan Madin se Ranting Pagedangan dan 6 regu dari tingkat umum (kampung) dengan jumlah kurang lebih 700 orang.

Para peserta kumpul terlebih dahulu di halaman masjid Al Falah Pagedangan pukul 19.00 wib. Start dan finish di masjid Al Falah, dengan rute perjalanan Jl. Mayor Damar, Jl. Tirto, Jl. Suko Kauman, Jl. Punden, Jl. Kramat 2, Jl. Mayor Damar.

Acara tersebut diberangkatkan oleh Bpk. Surono selaku Kepala Desa Pagedangan, setelah diberangkatkan para peserta berjalan sesuai dengan nomor urut sambil mengumandankan kalimat takbir.

Sesampainya di finish, para juri merkap hasil penjurian dan dari salah satu dari peserta menampilkan atraksinya dengan memainkan musik deum band yang dikolaborasi dengan pentongan, sehingga peserta lain merasa terhibur oleh penampilannya.

Pengumumanpun telah tiba saatnya dan masing-masing juara diumumkan oleh Bpk. Turiono selaku MC acara.
Pada tiingkat pendidikan, juara 1 diraih oleh TPQ Nurul Huda Jl. Punden, juara 2 diraih oleh TPQ Miftahul Huda Jl. Supiturang dan juara 3 diraih oleh TPQ Al-Utsmani Jl. Tirto.
Pada tingkat umum (kampung), juara 1 diraih oleh warga Rt.07/05, juara 2 diraih oleh warga Rt.08,09/05 dan juara 3 diraih oleh warga Rt.20 dukuh Krajan desa Pagedangan.

Masing-masing juara berhak mendapat teropi dan uang pembinaan.
Untuk juara 1 mendapatkan uang pembinaan Rp.500.000, juara 2 mendapatkan uang pembinaan Rp.350.000, juara 1 mendapatkan uang pembinaan Rp.250.000,

Written baseman

















Sejarah Berdirinya Banser

SEJARAH BANSER

 Mohammad Zainuddin Kayubi adalah pendiri Banser (Barisan Ansor Serba-Guna) yang berada di bawah naungan Gerakan Pemuda Ansor Nahdlatul Ulama (GP Ansor NU). Pegawai Urusan Agama Islam pada Kantor Kementerian Agama Kabupaten Blitar ini pernah aktif sebagai politisi Partai NU di tahun 1950-an dan Sekretaris Pengurus Cabang NU Blitar.

Lahir di Desa Pengkol, Kecamatan Sumoroto, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, pada 1 Januari 1926. Ayahnya seorang petani biasa. Kakeknya dari jalur ayah adalah seorang lurah yang disegani di kampungnya. Sementara kakek dari jalur ibu pernah menjabat sebagai wedono. Sejak kecil beliau mengenyam pendidikan di Sekolah Ongko Loro Brotonegaran hingga tamat di kelas enam pada tahun 1941. Tidak semua anak desa bisa mencapai tingkatan itu. Sebab pada jaman penjajahan Belanda pendidikan untuk anak pribumi sangat dibatasi. Di wilayah kecamatan Sumoroto saja, hanya dua anak yang bisa tamat sampai kelas enam Sekolah Ongko Loro – dan Kayubi adalah salah satunya.

Setelah itu Kayubi nyantri di Pesantren Waung, Baron, Nganjuk. Enam tahun beliau menimba ilmu di pesantren asuhan Kiai Bonondo, pakde atau pamannya sendiri. Selama di pesantren, beliau tidak jauh berbeda dengan santri-santri yang lain – tidak ada keistimewaan untuk keponakan kiai. Materi pelajaran kesukaannya di pesantren adalah ilmu nahwu dan ilmu sharaf, dan beberapa ilmu lainnya. Di tahun-tahun terakhir nyantri di pesantren, seperti halnya anak-anak santri di masa itu, Kayubi ingin masuk bergabung ke Barisan Hizbullah. Barisan Hizbullah adalah sebuah laskar rakyat yang dibentuk oleh Masyumi usai Proklamasi Kemerdekaan 1945. Namun orang tuanya tidak mengizinkan. Tapi semangat beliau tetap menyala untuk masuk berjuang ke gelanggang perang membela agama islam Patriotismenya tidak pernah pupus dalam hatinya.

Sepulang dari pesantren beliau langsung mendaftar ke dalam Barisan Hizbullah di Ponorogo. Hingga sempat maju ke medan perang ketika Belanda menggelar Agresi Militer pertama di bulan Juli 1947. Tak lama kemudian dari Hizbullah, beliau bergabung ke dalam tentara reguler, bergabung ke TNI, setelah adanya perintah peleburan seluruh dewan kelaskaran ke dalam wadah tentara nasional di tahun 1947. Ketika Pemberontakan FDR/PKI di Madiun terjadi pada tahun 1948, Kayubi ikut ke dalam kancah perjuangan menumpas aktor-aktor pemberontakan dan pengkhianatan terhadap NKRI itu. Operasi militer beliau gelar dari Madiun hingga ke Magetan dan Ponorogo. Demikian pula, ketika Agresi Militer II tentara Belanda menyerang Republik Indonesia hingga masuk ke kota Madiun, Kayubi juga ikut dalam perjuangan gerilya melawan pendudukan tentara asing itu.

Usai revolusi kemerdekaan, tahun 1952 Kayubi meninggalkan dunia militer dan masuk ke dalam jajaran pegawai Departemen Agama. Awalnya beliau bertugas di Kantor Urusan Agama (KUA) Jenangan, Ponorogo, mengurus masalah-masalah pernikahan dan cerai. Pada tahun 1953 beliau pindah ke Blitar bersama keluarganya, karena dipindah-tugaskan ke Bagian Urusan Agama Islam (Urais) Kantor Departemen Agama Kabupaten Blitar.

Selain sibuk di kantor, Kayubi juga aktif di Kepanduan Ansor NU dan juga di organisasi NU. Tidak lama kemudian beliau dipercaya sebagai Ketua Pandu Ansor NU Kabupaten Blitar, merangkap Sekretaris PCNU Blitar (1953-1955). Ketika Kwartir Nasional Pandu Ansor menggelar kegiatan perkemahan Jambore Nasional di Jakarta pada tahun 1954, Kayubi memimpin satu rombongan mengikuti acara itu di daerah Kemayoran.

Kayubi ikut Partai NU yang memisahkan diri dari Masyumi dan aktif berkampanye dalam Pemilu 1955. Hasilnya, Partai NU menduduki posisi ketiga secara nasional, dan mengantarkan Kayubi terpilih sebagai salah seorang anggota DPRD Kotamadya Blitar dari unsur Partai NU. Setelah Dekrit Presiden di bulan Juli 1959, beliau terpilih kembali sebagai anggota DPRD Kabupaten Blitar dari unsur Partai NU hingga tahun 1968. Tahun 1968 terpilih sebagai salah seorang anggota Badan Pemerintah Harian (BPH) Kabupaten Blitar dari unsur Partai NU. Jabatan itu diembannya hingga tahun 1977.

Di masa-masa ketegangan NU-PKI di Jawa Timur di tahun 1964-1965, Mohammad Zainuddin Kayubi memainkan peranan penting. Pada tahun 1964 beliau terpilih sebagai Ketua Pengurus Cabang GP. Ansor Blitar. Diakui, masa-masa memimpin Ansor merupakan masa yang sangat berat bagi beliau – apalagi di daerah yang merupakan basis PKI. Waktu itu Ansor harus berhadapan dengan pemuda-pemuda PKI dan BTI (Barisan Tani Indonesia). Disahkannya Undang-undang Pokok Agraria tahun 1960 dan UU Bagi Hasil Pertanian tahun 1960 mendorong pemuda-pemuda PKI yang tergabung dalam BTI melakukan aksi-aksi sepihak menyerobot tanah-tanah masyarakat. Di Jawa Timur, tanah-tanah yang diserobot itu kebanyakan adalah tanah-tanah pesantren atau tanah milik kiai. Slogan BTI saat itu adalah “Serobot dulu, urusan belakangan”. Akhirnya bentrokan pun tak terelakkan antara kalangan Ansor dan BTI di desa-desa. Tak terkecuali di desa-desa sekitar Blitar, Kediri, Tulungagung dan Trenggalek. Tanah-tanah kiai banyak dipatok semena-mena. Bentrok fisik pun terjadi hampir setiap hari di beberapa tempat.

Seluruh PC GP Ansor di Karesidenan Kediri melakukan rapat untuk membentuk Koordinator Daerah (Korda) atau Komando Daerah (Komda), semacam keamanan gabungan yang melibatkan beberapa unsur dalam Ansor daerah. Kayubi kemudian ditunjuk sebagai ketua Komda. Tidak lama setelah itu Komda menyepakati didirikannya lembaga semi-militer berbasis masyarakat di bawah naungan GP Ansor. Fungsinya adalah memperkuat pengamanan tanah-tanah milik masyarakat dan pesantren. Atas dasar pemikiran itulah Kayubi berinisiatif membentuk Barisan Ansor Serbaguna (disingkat Banser). Dan Kayubi sendiri diangkat sebagai pimpinan atau “jenderal” Banser.

Selama masa genting tersebut, rumah Kayubi yang berada di Jl. Semeru (sekarang Jl. Sudancho Supriadi) disulap menjadi markas Banser. Sementara keluarganya sendiri tinggal di rumah lain. Bekas pabrik limun berukuran 8 x 25 meter itu tak ubahnyasebagai markas tentara. Ada penjagaan, sandi-sandi tertentu, tempat senjata, dapur, dan beberapa ruang rapat. Setiap hari tempat itu tidak pernah sepi dari anak-anak muda yang datang dari berbagai daerah. Rata rata mereka membawa aneka macam senjata. Memang itulah Markas Komando Banser Karesidenan Kediri, yang tidak lain adalah rumah Kayubi.

Hampir setiap hari Kayubi keliling seluruh daerah yang menjadi wilayah kerjanya untuk melakukan Kursus Kader Ansor. Meski suasana sedang genting, tidak jarang beliau datang sendirian ke pelosok-pelosok desa. Ia memang seorang pemberani. Postur tubuhnya tidak terlalu besar, tapi mentalnya benar-benar kuat bagai baja. Di setiap lokasi kursus kader Ansor, beliau selalu memompa semangat anak-anak muda Banser agar pantang mundur dalam menghadapi lawan. Saat itu hampir semua anggota Banser mendapatkan pelatihan dari tentara. Ada yang melalu Raider, Kodam, Kodim, hingga RPKAD. Kebanyakan mengikuti pelatihan selama tiga bulan. Jadilah banyak anggota Banser yang memiliki mental tentara. Sedangkan gemblengan mental spritual dilakukan oleh para kiai pengasuh pondok pesantren.

Untuk melindungi tanah-tanah rakyat dan pesantren dari aksi-aksi BTI-PKI itu, pihak Ansor dan Banser mengangkat slogan: “Pukul dulu, urusan belakangan”. Aksi-aksi ini kemudian mengundang intervensi pemerintah pusat. Pimpinan pusat GP Ansor kemudian dipanggil oleh Dr. Subandrio, waktu itu wakil perdana menteri dan kepala intelijen, yang dikenal berpihak pada PKI. Mereka dimarah-marahi, bahkan mendapat ancaman kalau GP Ansor akan dibubarkan oleh presiden Sukarno. Namun, ancaman tersebut ternyata tidak membuat pimpinan Ansor lainnya bergeming, bahkan jalan terus membela hak-hak rakyat itu. Hingga akhirnya pasca G30S/PKI di tahun 1965, PKI dan BTI hancur berantakan. Dan sebagian orang-orang BTI pun kemudian berlindung ke orang-orang NU, dan kembali ke kiai dan pesantren.

Kayubi sendiri pernah diminta oleh Kapten Hambali dari Kodim Blitar yang meminta agar para kader GP. Ansor dan Banser bersedia direkrut dalam Operasi Trisula tahun 1968 untuk menumpas sisa-sisa perlawanan PKI di daerah Blitar selatan. Pasukan Banser diminta mengenakan pakaian Hansip seusai dengan Perintah Operasi 02/5/1968 yang di antaranya menyebut penggunaan bantuan kekuatan Hansip di wilayah Blitar selatan dan Tulungagung. Lalu, mengapa mesti Ansor dan Banser? Tanya Kayubi. Sebab Pemuda Ansor tidak diragukan lagi ke-Pancasila-annya, jawab Hambali.

Meski Kayubi dikenal galak terhadap pemuda-pemuda PKI, namun tidak demikian dalam urusan politik. Selama menjadi anggota DPR-GR Kabupaten Blitar di tahun 1960-an, Kayubi berkawan akrab dengan para politisi PKI. Salah seorang kawan akrabnya adalah Putmainah. Politisi perempuan dan anggota Fraksi-PKI di DPR-GR Kabupaten Blitar ini jarang berbeda pendapat dengan Kayubi. “Kami sering boncengan motor bersama pas masuk kantor. Pak Kayubi selalu menyapa saya dengan panggilan Mbak Yu,” tutur Putmainah, yang pernah ditahan 10 tahun oleh pemerintah Suharto karena keterlibatannya di PKI, saat ditemui di rumahnya di Desa Pakisrejo, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar.

Atas prestasinya yang gemilang dalam merintis dan membentuk Banser, pada tahun 1967 beliau mendapatkan penghargaan Bintang Satya Lencana Gerakan dari Pimpinan Pusat GP. Ansor. Penghargaan ini hanya dikhususkan untuk Kayubi, sang jenderal Banser ini. Pada tahun 1978 beliau pensiun dari kantor Departemen Agama Blitar. Setahun kemudian beliau bersama keluarga kembali ke tanah kelahirannya di Ponorogo.

Mohammad Zainuddin Kayubi wafat pada hari Rabu 2 Desember 1983 dalam usia 57 tahun dan dimakamkan di Makam Taman Arum Ponorogo.

Taken from NU Tarakan

Penjelasan tentang Wasiat dalam Berkurban

Dalam kitab Mugni Al Muhtaj  juz 6 halaman 138:

ولا تضحية(عن ميت لم يوص بها
Tidak boleh kurban dari yang sudah meninggal, yang tidak ber wasiat untuk kurban.

وقيل تصح التضحية عن الميت وان لم يوص بها لانها ضرب من الصدقة وهي تصح عن الميت وتنفعه
Dikatakan sah kurban dari orang yang sudah meninggal walaupun tidak ber wasiat. Kurban ini sah dan manfaat bagi orang yg sudah meninggal

(monggo mau mengambil pendapat yg mana saja sama sah nya, yang pertama, lebih masyhur
Yang kadua, walaupun fatwanya tidak begitu terkenal, tp pernah dipraktekkan oleh Muhamad bin Ishaq gurunya imam Buhori.
 daging kurbana harus disodakohkan semuanya)

Dasar amaliah Tahlil yang dilakukan warga Nahdliyin


Amaliyah ASWAJA, khususnya Tahlil yang dilakukan warga di Indonesia ini khususnya warga Nahdliyin, seringkali menjadi sasaran empuk bagi salafi wahabi untuk dijadikan amunisi dalam menyerang amaliyah NU ini. menurutnya amaliyah ini tidak mempunyai dasar Dalil bahkan dianggap rujukannya dari kitab Agama Hindu. Untuk itu, berikut Dalil-Dalil Tahlilan 3, 7, 25, 40, 100, Setahun & 1000 Hari dari Kitab Ulama Ahlussunnah wal Jamaah, bukan kitab dari agama hindu sebagaimana tuduhan fitnah kaum WAHABI

ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻫﺪﻳﺔ ﺇﻟﻰﺍﻟﻤﻮتى

ﻭﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ : ﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺪﻓن ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﻰ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺳﺒﻌﺔ ﺃﻳﺎﻡ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻳﻮﻡ ﺍﻟﺴﺎﺑﻊ ﻳﺒﻘﻰ ﺛﻮﺍﺑﻬﺎ ﺇﻟﻰ ﺧﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺨﻤﺲ ﻭﻋﺸﺮﻳﻦ ﺇﻟﻰ ﺃﺭﺑﻌﻴﻦ ﻳﻮﻣﺎ ﻭﻣﻦ ﺍﻷﺭﺑﻌﻴﻦ ﺇﻟﻰ ﻣﺎﺋﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﻤﺎﺋﺔ ﺇﻟﻰ ﺳﻨﺔ ﻭﻣﻦ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﺇﻟﻰ ﺃﻟﻒ عام (الحاوي للفتاوي ,ج:۲,ص: ١٩٨

Rasulullah saw bersabda: “Doa dan shodaqoh itu hadiah kepada mayyit.”
Berkata Umar: “shodaqoh setelah kematian maka pahalanya sampai tiga hari dan shodaqoh dalam tiga hari akan tetap kekal pahalanya sampai tujuh hari, dan shodaqoh di hari ke tujuh akan kekal pahalanya sampai 25 hari dan dari pahala 25 sampai 40 harinya lalu sedekah dihari ke 40 akan kekal hingga 100 hari dan dari 100 hari akan sampai kepada satu tahun dan dari satu tahun sampailah kekalnya pahala itu hingga 1000 hari.”

Referensi : (Al-Hawi lil Fatawi Juz 2 Hal 198)

Jumlah-jumlah harinya (3, 7, 25, 40, 100, setahun & 1000 hari) jelas ada dalilnya, sejak kapan agama Hindu ada Tahlilan ?

Berkumpul ngirim doa adalah bentuk shodaqoh buat mayyit.

ﻓﻠﻤﺎ ﺍﺣﺘﻀﺮﻋﻤﺮ ﺃﻣﺮ ﺻﻬﻴﺒﺎ ﺃﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﺑﺎﻟﻨﺎﺱ ﺛﻼﺛﺔ ﺃﻳﺎﻡ ، ﻭﺃﻣﺮ ﺃﻥ ﻳﺠﻌﻞ ﻟﻠﻨﺎﺱ ﻃﻌﺎما، ﻓﻴﻄﻌﻤﻮﺍ ﺣﺘﻰ ﻳﺴﺘﺨﻠﻔﻮﺍ ﺇﻧﺴﺎﻧﺎ ، ﻓﻠﻤﺎ ﺭﺟﻌﻮﺍ ﻣﻦ ﺍﻟﺠﻨﺎﺯﺓ ﺟﺊ ﺑﺎﻟﻄﻌﺎﻡ ﻭﻭﺿﻌﺖ ﺍﻟﻤﻮﺍﺋﺪ ! ﻓﺄﻣﺴﻚ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﻋﻨﻬﺎ ﻟﻠﺤﺰﻥ ﺍﻟﺬﻱ ﻫﻢ ﻓﻴﻪ ، ﻓﻘﺎﻝ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻤﻄﻠﺐ : ﺃﻳﻬﺎ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺇﻥ ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻗﺪ ﻣﺎﺕ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﻣﺎﺕ ﺃﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﻓﺄﻛﻠﻨﺎ ﺑﻌﺪﻩ ﻭﺷﺮﺑﻨﺎ ﻭﺇﻧﻪ ﻻﺑﺪ ﻣﻦ ﺍﻻﺟﻞ ﻓﻜﻠﻮﺍ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ، ﺛﻢ ﻣﺪ ﺍﻟﻌﺒﺎﺱ ﻳﺪﻩ ﻓﺄﻛﻞ ﻭﻣﺪ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺃﻳﺪﻳﻬﻢ ﻓﺄﻛﻠﻮﺍ

Ketika Umar sebelum wafatnya, ia memerintahkan pada Shuhaib untuk memimpin shalat, dan memberi makan para tamu selama 3 hari hingga mereka memilih seseorang, maka ketika hidangan–hidangan ditaruhkan, orang – orang tak mau makan karena sedihnya, maka berkatalah Abbas bin Abdulmuttalib:

Wahai hadirin.. sungguh telah wafat Rasulullah saw dan kita makan dan minum setelahnya, lalu wafat Abubakar dan kita makan dan minum sesudahnya, dan ajal itu adalah hal yang pasti, maka makanlah makanan ini..!”, lalu beliau mengulurkan tangannya dan makan, maka orang–orang pun mengulurkan tangannya masing–masing dan makan.

Referensi: [Al Fawaidussyahiir Li Abi Bakar Assyafii juz 1 hal 288, Kanzul ummaal fii sunanil aqwaal wal af’al Juz 13 hal 309, Thabaqat Al Kubra Li Ibn Sa’d Juz 4 hal 29, Tarikh Dimasyq juz 26 hal 373, Al Makrifah wattaarikh Juz 1 hal 110]

Kemudian dalam kitab Imam As Suyuthi, Al-Hawi li al-Fatawi:

ﻗﺎﻝ ﻃﺎﻭﻭﺱ : ﺍﻥ ﺍﻟﻤﻮﺗﻰ ﻳﻔﺘﻨﻮﻥ ﻓﻲ ﻗﺒﻮﺭﻫﻢ ﺳﺒﻌﺎ ﻓﻜﺎﻧﻮﺍ ﻳﺴﺘﺤﺒﻮﻥ ﺍﻥ ﻳﻄﻌﻤﻮﺍ ﻋﻨﻬﻢ ﺗﻠﻚ ﺍﻻﻳﺎﻡ

Imam Thawus berkata: “Sungguh orang-orang yang telah meninggal dunia difitnah dalam kuburan mereka selama tujuh hari, maka mereka (sahabat) gemar menghidangkan makanan sebagai ganti dari mereka yang telah meninggal dunia pada hari-hari tersebut.”

ﻋﻦ ﻋﺒﻴﺪ ﺑﻦ ﻋﻤﻴﺮ ﻗﺎﻝ : ﻳﻔﺘﻦ ﺭﺟﻼﻥ ﻣﺆﻣﻦ ﻭﻣﻨﺎﻓﻖ , ﻓﺎﻣﺎ ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺳﺒﻌﺎ ﻭﺍﻣﺎﺍﻟﻤﻨﺎﻓﻖ ﻓﻴﻔﺘﻦ ﺍﺭﺑﻌﻴﻦ ﺻﺒﺎﺣﺎ

Dari Ubaid bin Umair ia berkata: “Dua orang yakni seorang mukmin dan seorang munafiq memperoleh fitnah kubur. Adapun seorang mukmin maka ia difitnah selama tujuh hari, sedangkan seorang munafiq disiksa selama empat puluh hari.”

Dalam tafsir Ibn Katsir (Abul Fida Ibn Katsir al Dimasyqi Al Syafi’i) 774 H beliau mengomentari ayat 39 surah an Najm (IV/236: Dar el Quthb), beliau mengatakan Imam Syafi’i berkata bahwa tidak sampai pahala itu, tapi di akhir2 nya beliau berkomentar lagi

ﻓﺄﻣﺎ ﺍﻟﺪﻋﺎﺀ ﻭﺍﻟﺼﺪﻗﺔ ﻓﺬﺍﻙ ﻣﺠﻤﻊ ﻋﻠﻰ ﻭﺻﻮﻟﻬﻤﺎ ﻭﻣﻨﺼﻮﺹ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺎﺭﻉ ﻋﻠﻴﻬﻤﺎ

bacaan alquran yang dihadiahkan kepada mayit itu sampai, Menurut Imam Syafi’i pada waktu beliau masih di Madinah dan di Baghdad, qaul beliau sama dengan Imam Malik dan Imam Hanafi, bahwa bacaan al-Quran tidak sampai ke mayit, Setelah beliau pindah ke mesir, beliau ralat perkataan itu dengan mengatakan bacaan alquran yang dihadiahkan ke mayit itu sampai dengan ditambah berdoa “Allahumma awshil.…dst.”, lalu murid beliau Imam Ahmad dan kumpulan murid2 Imam Syafi’i yang lain berfatwa bahwa bacaan alquran sampai.

Pandangan Hanabilah, Taqiyuddin Muhammad ibnu Ahmad ibnu Abdul Halim (yang lebih populer dengan julukan Ibnu Taimiyah dari madzhab Hambali) menjelaskan:

ﺍَﻣَّﺎ ﺍﻟﺼَّﺪَﻗَﺔُ ﻋَﻦِ ﺍﻟْﻤَﻴِّﺖِ ﻓَـِﺎﻧَّﻪُ ﻳَﻨْـﺘَـﻔِﻊُ ﺑِﻬَﺎ ﺑِﺎﺗِّـﻔَﺎﻕِ ﺍﻟْﻤُﺴْﻠِﻤِﻴْﻦَ. ﻭَﻗَﺪْ ﻭَﺭَﺩَﺕْ ﺑِﺬٰﻟِﻚَ ﻋَﻦِ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲِّ ﺻَﻠَّﻰ ﺍﻟﻠﻪ ُﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻭَﺳَﻠَّﻢَ ﺍَﺣَﺎ ﺩِﻳْﺚُ ﺻَﺤِﻴْﺤَﺔٌ ﻣِﺜْﻞُ ﻗَﻮْﻝِ ﺳَﻌْﺪٍ ( ﻳَﺎ ﺭَﺳُﻮْﻝَ ﺍﻟﻠﻪِ ﺍِﻥَّ ﺍُﻣِّﻲْ ﺍُﻓْﺘـُﻠِﺘـَﺖْ ﻧَﻔْﺴُﻬَﺎ ﻭَﺍَﺭَﺍﻫَﺎ ﻟَﻮْ ﺗَـﻜَﻠَّﻤَﺖْ ﺗَﺼَﺪَّﻗَﺖْ ﻓَﻬَﻞْ ﻳَﻨْـﻔَـﻌُﻬَﺎ ﺍَﻥْ ﺍَﺗَـﺼَﺪَّﻕَ ﻋَﻨْﻬَﺎ ؟ ﻓَﻘَﺎﻝَ: ﻧَـﻌَﻢْ , ﻭَﻛَﺬٰﻟِﻚَ ﻳَـﻨْـﻔَـﻌُﻪُ ﺍﻟْﺤَﺞُّ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍْﻻُ ﺿْﺤِﻴَﺔُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟْﻌِﺘْﻖُ ﻋَﻨْﻪُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﻭَﺍْﻻِﺳْﺘِـْﻐﻒُﺭﺍَ ﻟَﻪُ ﺑِﻼَ ﻧِﺰﺍَﻉٍ ﺑَﻴْﻦَ ﺍْﻷَﺋِﻤَّﺔِ .

“Adapun sedekah untuk mayit, maka ia bisa mengambil manfaat berdasarkan kesepakatan umat Islam, semua itu terkandung dalam beberapa hadits shahih dari Nabi Saw. seperti perkataan sahabat Sa’ad “Ya Rasulallah sesungguhnya ibuku telah wafat, dan aku berpendapat jika ibuku masih hidup pasti ia bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah sebagai gantinya?” maka Beliau menjawab “Ya”, begitu juga bermanfaat bagi mayit: haji, qurban, memerdekakan budak, do’a dan istighfar kepadanya, yang ini tanpa perselisihan di antara para imam”.

Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/314-315)

Ibnu Taimiyah juga menjelaskan perihal diperbolehkannya menyampaikan hadiah pahala shalat, puasa dan bacaan al-Qur’an kepada:

ﻓَﺎِﺫَﺍ ﺍُﻫْﺪِﻱَ ﻟِﻤَﻴِّﺖٍ ﺛَﻮَﺍﺏُ ﺻِﻴﺎَﻡٍ ﺍَﻭْ ﺻَﻼَﺓٍ ﺍَﻭْ ﻗِﺮَﺋَﺔٍ ﺟَﺎﺯَ ﺫَﻟِﻚَ

Artinya: “jika saja dihadiahkan kepada mayit pahala puasa, pahala shalat atau pahala bacaan (al-Qur’an / kalimah thayyibah) maka hukumnya diperbolehkan”.

Referensi : (Majmu’ al-Fatawa: XXIV/322)

Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin Ibn al-Syarof, dari madzhab Syafi’i yang terkenal dengan panggilan Imam Nawawi menegaskan;

ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻤْﻜُﺚَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺪُّﻓْﻦِ ﺳَﺎﻋَـﺔً ﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻠْﻤَﻴِّﺖِ ﻭَﻳَﺴْﺘَﻐْﻔِﺮُﻝُﻩَ. ﻧَـﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎﻓِﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ ﻗَﺎﻟﻮُﺍ: ﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَـﻘْﺮَﺃَ ﻋِﻨْﺪَﻩُ ﺷَﻴْﺊٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃَﻥِ ﻭَﺍِﻥْ خَتَمُوْا اْلقُرْآنَ كَانَ اَفْضَلَ ) المجموع جز 5 ص 258(

“Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan mayit untuk mendo’akan dan memohonkan ampunan kepadanya”, pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan pengikut-pengikutnya, dan bahkan pengikut Imam Syafi’i mengatakan “sunnah dibacakan beberapa ayat al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan lebih utama jika sampai mengha tamkan al-Qur’an”.

Selain paparannya di atas Imam Nawawi juga memberikan penjelasan yang lain seperti tertera di bawah ini;

ﻭَﻳُـﺴْـﺘَﺤَﺐُّ ﻟِﻠﺰَّﺍﺋِﺮِ ﺍَﻥْ ﻳُﺴَﻠِّﻢَ ﻋَﻠﻰَ ﺍْﻟﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟِﻤَﻦْ ﻳَﺰُﻭْﺭُﻩُ ﻭَﻟِﺠَﻤِﻴْﻊِ ﺍَﻫْﻞِ ﺍْﻟﻤَﻘْﺒَﺮَﺓِ. ﻭَﺍْﻻَﻓْﻀَﻞُ ﺍَﻥْ ﻳَﻜُﻮْﻥَ ﺍﻟﺴَّﻼَﻡُ ﻭَﺍﻟﺪُّﻋَﺎﺀُ ﺑِﻤَﺎ ﺛَﺒـَﺖَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﺤَﺪِﻳْﺚِ ﻭَﻳُﺴْـﺘَـﺤَﺐُّ ﺍَﻥْ ﻳَﻘْﺮَﺃَ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻘُﺮْﺃٰﻥِ ﻣَﺎ ﺗَﻴَﺴَّﺮَ ﻭَﻳَﺪْﻋُﻮْ ﻟَﻬُﻢْ ﻋَﻘِﺒَﻬَﺎ ﻭَﻧَﺺَّ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓﻌِﻰُّ ﻭَﺍﺗَّﻔَﻖَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺍْﻻَﺻْﺤَﺎﺏُ. (ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺟﺰ 5 ص 258 )

“Dan disunnahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas (penghuni) kubur dan mendo’akan kepada mayit yang diziarahi dan kepada semua penghuni kubur, salam dan do’a itu akan lebih sempurna dan lebih utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan atau diajarkan dari Nabi Muhammad Saw. dan disunnahkan pula membaca al-Qur’an semampunya dan diakhiri dengan berdo’a untuknya, keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i (dalam kitab al-Um) dan telah disepakati oleh pengikut-pengikutnya”.

Referensi : (al-Majmu’ Syarh al-Muhadzab, V/258)

Al-‘Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari madzhab Hambali mengemukakan pendapatnya dan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal

ﻗَﺎﻝَ : ﻭَﻻَ ﺑَﺄْﺱَ ﺑِﺎﻟْﻘِﺮﺍَﺀَﺓِ ﻋِﻨْﺪَ ﺍْﻟﻘَﺒْﺮِ . ﻭَﻗَﺪْ ﺭُﻭِﻱَ ﻋَﻦْ ﺍَﺣْﻤَﺪَ ﺍَﻧَّـﻪُ ﻗَﺎﻝَ: ﺍِﺫﺍَ ﺩَﺧَﻠْﺘﻢُ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮَ ﺍِﻗْﺮَﺋُﻮْﺍ ﺍَﻳـَﺔَ ﺍْﻟﻜُـْﺮﺳِﻰِّ ﺛَﻼَﺙَ ﻣِﺮَﺍﺭٍ ﻭَﻗُﻞْ ﻫُﻮَ ﺍﻟﻠﻪ ُﺍَﺣَﺪٌ ﺛُﻢَّ ﻗُﻞْ ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﺍِﻥَّ ﻓَﻀْﻠَﻪُ ِﻷَﻫْﻞِ ﺍﻟْﻤَﻘَﺎﺑِﺮِ .

Artinya “al-Imam Ibnu Qudamah berkata: tidak mengapa membaca (ayat-ayat al-Qur’an atau kalimah tayyibah) di samping kubur, hal ini telah diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hambal bahwasanya beliau berkata: Jika hendak masuk kuburan atau makam, bacalah Ayat Kursi dan Qul Huwa Allahu Akhad sebanyak tiga kali kemudian iringilah dengan do’a: Ya Allah keutamaan bacaan tadi aku peruntukkan bagi ahli kubur.

Referensi : (al-Mughny II/566)

Dalam al Adzkar dijelaskan lebih spesifik lagi seperti di bawah ini:

ﻭَﺫَﻫَﺐَ ﺍَﺣْﻤَﺪُ ْﺑﻦُ ﺣَﻨْﺒَﻞٍ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦَ ﺍْﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﻭَﺟَﻤَﺎﻋَﺔٌ ﻣِﻦْ ﺍَﺻْﺤَﺎﺏِ ﺍﻟﺸَّﺎِﻓـِﻌﻰ ﺍِﻟﻰَ ﺍَﻧـَّﻪُ ﻳَـﺼِﻞ
rizqi yang halal dan berkah adalah
TAHLILAN

Wallohu a’lam Bishshowab

Kamis, 08 Agustus 2019

NU Dakwah_JUM'AT GRATIS MASJID AL FALAH PAGEDANGAN


Program Ranting NU Pagedangan yang baru dari pemanfaatan kotak KOIN warga dukuh Krajan desa Pagedangan yakni dengan memberikan snack  (jajanan) setiap hari Jum'at kepada para jamaah sholat jum'ah.

Program baru tersebut diberi nama Jum'at Gratis.
Dinakan "Jum'at Gratis", karena semua orang bisa mengambil snack (jajanan) yang telah disediakan dengan gratis tanpa melihat status domisi (warga asli ataupun pendatang).
Program "Jum'at Gratis" ini kerja sama antara JPZIS, NU Ranting Pagedangan dan Ta'mir masjid Al Falah Pagedangan.

Tujuan dari program tetsebut adalah, diharapkan bisa memberikan dampak positif terhadap warga sekitar yang awalnya masih enggan dan malu untuk datang ke masid jadi tidak enggan dan malu untuk datang ke masjid untuk menunaika  ibadah. Sehingga.masjid tampak ramai akan orang beribadah.

Sehingga program tersebut bisa dikategorikan sebagai program dakwah produk dari Ranting NU Pagedangan Kecamatan Turen Kabupaten Malang yang bersifat sosial (bukan bersifat majlis) untuk menggaet warga untuk datang ke masjid.

Written by Baseman
Photograpy by Dzikrulloh Hakam




NU Ranting Pagedangan Menjadi Peserta Pertemuan PCI NU Sedunia


Salah satu kader NU Ranting Pagedangan yang sedang melaksanakan ibadah haji ke Makkah Mukarromah memiliki kesempatan menghadiri acara pertemuan PCI sedunia yang diadakan Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama Arab Saudi. Even yang ke 18 ini  di tahun 2019 diadakan pada Kamis 7 Dzulhijjah 1440 H bertepatan 8 Agustus 2019. 

Acara yang ditempatkan di Altayseer Towers Hotel No. 1002 Lantai PR  At-Taysir- Makkah Al Mukarramah tersebut diselenggarakan setiap musim haji sejak 2002 ini mengangkat tema Merajut Kembali Ukhuwah Wathaniyah Menuju Perdamaian Dunia. 

Wakil Ketua Panitia, Musthofa Al Gholayin mengatakan bahwa acara rutin ini merupakan  inisiatif Rais Syuriyah PCINU Arab Saudi pertama KH Mahfud Mas’ud dan Ketua Tanfidziyah  pertama H Ahmad Fuad  Abdul  Wahab.

"Awalnya acara ini merupakan silaturahim antar PCINU  dari berbagai  negara yang sedang menunaikan ibadah haji. Namun dalam  perkembangannya, dari tahun ke tahun, acara silaturahim ini selain dihadiri berbagai perwakilan PCINU juga dihadiri para masyayikh  PBNU, perwakilan PWNU, dan PCNU seluruh Indonesia juga para Pejabat RI yang sedang melaksanakan ibadah haji," ujarnya.

"Kita berharap acara ini akan mempererat jalinan silaturahim serta saling tukar informasi dan koordinasi dengan supervisi PBNU  untuk  pemberdayaan NU ke depan di  masing-masing wilayah sehingga akan  bisa semakin menguatkan syiar Islam Rahmatan lil Alamin," kata ketua penyelenggaranya

Acara yang dimulai jam 07.30 waktu setempat ini lanjutnya, juga diharapkan bisa merajut dan memperkuat  ukhuwah wathaniyah serta menetralisir situasi kurang kondusif pascapemilu  2019, sehingga peran NU menjadi semakin optimal dalam  menjaga persatuan bangsa. 
"Bahkan dalam ikut membangun perdamaian dunia sebagaimana telah  diakui oleh Dunia Islam," tandasnya.
Acara Silaturahim ini akan diselenggarakan pada 7 Dzulhijjah 1440 H pukul 07.30 waktu Arab Saudi hadiri banyak tokoh tokoh NU yang tersebar di penjuru dunia. "Sudah banyak tokoh dan pengurus NU dari berbagai penjuru dunia khususnya dari Indonesia yang hadir," katanya.

Diantara yang akan menjadi pembicara seperti Dubes LBBP RI- Arab Saudi/OKI H Agus Maftuh Abegebriel, Menteri Agama RI H Lukman Hakim Saifuddin dan masayikh serta pengurus PBNU.

Acara yang sedianya di tutup dengan mauidhoh khasanah oleh KH Maimoen Zubair batal menghadirkan karena beberapa alasan sehingga terlaksana tanpa mengurangi khidmad acara tersebut. 

Berikut beberapa keputusan yang dihasilkan dari pertemuan tersebut:
1. Berpegang teguh pada ajaran ahlussunnah wal jamaah beseta amalannya secara fikrah.

2. Berpegang pada tali ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathoniyah, ukhuwah basyariyah sesuai tujuan Islam yang rahmatan lil alamiin.

3. Siap mempertahankan 4 pilar Negara Indonesia berdasar pancasila dari rong-rongan ideologi lain.

4. Menumbuhkan sikap toleransi, moderasi dalam semua aspek semua kehidupan.

5. Mendukung perdamaian dunia berdasar asas keadilan dan kemanusiaan.





Writen by Hisam kholili
Reference nuonline

WAKTU dan FADHILAH PUASA TARWIYAH serta ARAFAH



PUASA TARWIYAH (Jumat, 8 Dzulhijjah / 09 Agustus 2019) ARAFAH (Sabtu , 9 Dzulhijjah / 10 Agustus 2019).

Puasa sunah Tarwiyah dan Arafah sangat dianjurkan bagi umat muslim sedunia, agar kita dapat turut merasakan nikmatnya seperti yang dirasakan oleh para jama’ah haji. Namun, bagi jamaah haji sendiri haram hukumnya untuk berpuasa di hari Arafah 9 Dzulhijjah.

Adapun yang dimaksud dengan puasa Arafah adalah (Mengetahui) puasa yang dilaksanakan pada hari Arafah yakni pada tanggal 9 Dzulhijjah yaitu hari pada saat jama’ah haji melakukan wukuf dipadang Arafah.

Dan Puasa Tarwiyah adalah (Merenung atau berpikir) puasa yang dilaksanakan pada hari tarwiyah yakni 8 Dzulhijjah, hari sebelum hari wukuf.

KEUTAMAAN PUASA TARWIYAH DAN ARAFAH
Adapun keutamaan puasa sunah Tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan Arofah (9 Dzulhijjah) bagi orang yang tidak melaksanakan ibadah haji berdasarkan beberapa hadist Nabi Muhammad SAW adalah:

1. Barang siapa yang menjalankan Puasa Tarwiyah akan dihapus dosa satu tahun yang lalu yang telah terlewati.

2. Sedangkan yang berpuasa di hari Arofah akan dihapus dosa dua tahun (1 tahun yang lalu dan 1 tahun yang akan datang)

3. Dan yang melaksanakan dua puasa ini akan dianugrahi oleh Allah SWT dengan 10 macam kemuliaan, yaitu:

1. Allah akan memberi keberkahan pada kehidupannya.
2. Allah akan menambah harta.
3. Allah akan menjamin kehidupan rumah tangganya.
4. Allah akan membersihkan dirinya dari segala dosa dan kesalahan yang telah lalu.
5. Allah akan melipat gandakan amal dan ibadahnya.
6. Allah akan memudahkan kematiannya.
7. Allah akan menerangi kuburnya selama di alam Barzah.
8. Allah akan memberatkan timbangan amal baiknya di Padang Mahsyar.
9. Allah akan menyelamatkannya dari kejatuhan kedudukan di dunia ini.
10. Allah akan menaikkan martabatnya di sisi Allah SWT.

Alangkah banyak keberkahan dan kebahagiaan yang Allah berikan bagi orang yang menjalankan puasa Tarwiyah dan Arofah. Semoga kita termasuk di dalamnya.

NIAT

Do'a Niat Puasa Tarwiyah

ﻧﻮﻳﺖ ﺻﻮﻡ ﺗﺮﻭﻳﻪ ﺳﻨﺔ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ

NAWAITU SAUMA TARWIYAH SUNNATAN LILLAHI TA’ALAH
“ Saya niat puasa Tarwiyah, sunnah karena Allah ta’ala.”

Do'a Niat Puasa Arafah

ﻧﻮﻳﺖ ﺻﻮﻡ ﻋﺮﻓﺔ ﺳﻨﺔ ﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ
NAWAITU SAUMA ARAFAH SUNNATAN LILLAHI TA’ALAH
“ Saya niat puasa Arofah , sunnah karena Allah ta’ala.”

semoga bermanfaat